Cinta Dalam Diam
Jika aku ketikan jari, lalu kamu key board-nya.
Kita bergemeletuk setiap saat, setiap aku menginginkan, setiap hari sampai bosan mendatangi
Dan
sesekali jariku menekan tombol backspace
saat kemarin kau sempat tersenyum di tengah hari... Hatiku bilang, ulangi.
Dan besok, ku lihat kau merapatkan kedua alismu, menekuk kacamatamu, dengan mulutmu yang agak dimonyongkan ke depan dan jariku, sontak menekan tombol delete....
Entah,
harus lebih dari berapa hari lagi aku menunggu kau ajak bicara.
Sekalinya terjadi, kau hanya menyapa satu suku kata dari namaku… Kakiku dengan gesitnya menekan tombol enter.
Sekalinya terjadi, kau hanya menyapa satu suku kata dari namaku… Kakiku dengan gesitnya menekan tombol enter.
Kita
bertemu, berpisah, bertemu, berpisah seperti spasi dan kata yang tak kunjung
berhenti memberi makna.
Kadang aku ingin semuanya tegas! Seperti caps lock yang selalu tampak MENEGASKAN.
Akhirnya aku beranikan menekan shift. Agar kau sedikit lebih keluar dari jalur tenang. Agar kau lebih tampak, tak tenggelam seperti angin lalu. Akan ku teka(N)
Andai ini tak rancu mungkin tidak segan aku menekan tombol ctrl. Tapi malam sudah pekat, pagi akan hinggap, dan aku bisa nekat menekan... {ctrl A + del}
Tapi tunggu dulu, aku ingin mendengar saat kau menyebut satu suku kata dari namaku dan kemudian berlalu meninggalkanku sendiri… Aku ingin!
Bolehkah ku tekan ctrl Z berulang kali menuju saat itu?
Boleh kan? Segeralah, panggil namaku dan jangan lagi buram dan buffering!
Hei, masih saja kau diam? Jariku sudah terarah kepada kursor (x) dan kau tetap saja diam (?)
Dalam
hitungan detik, masih saja ku pandangi kotak-kotak desktop dan berharap kau bicara, namun…
Aku masih berusaha memutar-mutar telunjukku di atas kursor lebih lama, hanya untuk menunggu kau bicara
Rupanya kau tetap diam. Bibirku merapat erat, mataku merambat memandang menu yang bertuliskan shut down
Begitu pula dengan ruang kedap yang bernama hati ini. Seperti windows, yang juga mempunyai tulisan shut down!
Menyingkirkan debu di sekitar area kursor di layar. Masih tidak berusaha melihat bahwa kursor sudah tepat menunjuk shut down
Aku mulai tertegun, ini hanya layar. Iya, ini hanya layar!
Aku tersenyum, menangis, berjeritan senang, berandai-andai, berdo’a seperti orang gila. Menceritakanmu di layar yang punya peran dan fungsi. Apakah kau hanya sebatas seperti layar?
Lekas ku putuskan menggeser kursor ke arah restart... (aku menunggu!)
Atau
aku akan menggeser ke arah lock? Membuatmu
terkunci dan tak bisa menunggukan aku
Tapi
ternyata..
Cinta yang ku punya membuatku luluh, sehingga aku beralih lagi ke arah restart.
Cinta yang ku punya membuatku luluh, sehingga aku beralih lagi ke arah restart.
(y)
Dan
aku memilih,,, tetap membuka hati
cerpen ini termasuk dalam proyek buku teman, penulis juga. #IJDC
Komentar
Posting Komentar