Malaikat Berhati Sutra (Puisi untuk mama)

Wajahnya terlihat begitu polos
Burai pandangannya putih, bersih.
Wanita itu, yang pernah ku pinjam rahimnya selama sembilan bulan.
Wanita itu yang sempat menggendongku bertahun-tahun sewaktu aku dalam buaian
Wanita itu kini sudah tampak tua, matanya terlihat cekung di bagian bawah.
Tapi tutur lakunya bagai malaikat yang berhati sutra
Wajahnya masih terlihat se-cantik bidadari
Masih saja lembut.
Jika terlipat-lipat, kembali melurus
Jika terdesak-desak, tetap saja lembut jika di pegang
Tapi meski umurnya sudah di telan waktu, dia tetap bagai malaikat berhati sutra
Masih ada kepulan asap di dapur sebelum jam 6 pagi.
Masih ada senyuman di siluet wajahnya usai subuh hari
Masih ada tutur lembutnya setiap waktu untukku
Masih ada kesabaran tanpa batas yang tergambar
Masih ada kasih sayang sepanjang masa seperti mereka menyebutnya
Sungguh, dia malaikat berhati sutra yang pernah ku temui
Tuhan, senantiasa limpahkan RahmatMu untuknya
Wanita itu kekuatanku Tuhan…
Berilah dia umur panjang, agar bisa terus menemaniku walau petang datang
Agar aku bisa terus melihat senyumnya, setiap waktu
Agar aku bisa terus sekuat dirinya hingga aku menjadi serupa dirinya
Agar aku bisa terus memberikan setitik salju kala sutra itu mengering
Agar do’a darinya bisa terus mengalir dalam jiwaku
Begitu juga doa dariku untuknya:
Sayangilah dia seperti dia menyayangiku di waktu kecil hingga aku dewasa seperti sekarang
Aku sungguh beruntung memilikinya
Bahkan,
Aku sendiri  yang pernah bersemayam di ruang kokoh yang pernah dimilikinya sembilan bulan itu, kadang tak percaya ada wanita sepertinya.
Tapi itu sungguh ada

Dia, wanita itu…. Ibuku.

Komentar

Postingan Populer