Pesan Singkat
Senja terurai di pucuk-pucuk lembayung
bali
Kekesalanku sudah meranggas, kebencianku
telah mengelupas
Mungkin, itu karena hangat kasih kita
yang tiada berhenti.
Sudah lebih dari sepuluh hari saya
disini. Cukup rindu mama, cukup rindu ayah. Cukup rindu adik. Cukup rindu.
Bukankah kerinduan itu biasanya melemahkan? Saya kira begitu. Kurang lebihnya
bisa dirasakan sendiri. Tapi kiranya rindu ini cukup menguatkan. Kepercayaan
mama, kepercayaan ayah, rasanya sudah kuat tertanam di sanubari. Kalau boleh
anakmu ini bercerita. Pesan singkat dari ayah dan mama cukup hangat dan membuat saya kuat.
Walaupun hanya dengan ucapan “Nak, tidak ada salahnya
kamu selalu mengalah, bukankah kami selalu mengajarkan kamu arti nerimo, ikhlas dan sabar? Teruslah
menanam yang baik. Karena kebaikan-kebaikan itu bisa tumbuh menjulang ke atas.
Teruslah menanam ketulusan, karena ketulusan itu bisa menyebar seperti angin
yang mampu mengusap lembut pipi manusia. Jika ada awal yang baik, selanjutnya mudah-mudahan senantiasa baik. Tetep jaga amanah teman-teman ya,
Nak.” [Pesan singkat ayah, pesan singkat
mama]
Selain pesan singkat itu, ada satu
hal lagi, kekuatan itu muncul karena do’a-do’a yang tiada pernah habis
diucapkan oleh saudara-saudara sesama muslim kita. Saya melihat, mulut mereka
basah karena untaian do’a, saya
mendengar dercak dzikir setiap malam yang bergetar kencang, saya
merasakan tatapan asa yang begitu besar dari pancaran mata yang berbinar.
Sore ini tiada senja melewati
pandangan, hanya rinai halus dari hujan yang begitu sejuk. cukup tahu,
cukup rindu. Semoga masih banyak sesuatu yang berkesan yang akan terlewati.
Karena yang berkesan bukan selalu yang terindah, terbaik atau yang menyamankan.
Yang berkesan adalah bagaimana senyuman itu bisa senantiasa berkembang dengan
keadaan yang sedikit tidak berimbang.
“Allah…jaga hati kami, jaga ibadah
kami, jaga akhlak dan perilaku kami, jaga kebahagian kami, jaga rasa syukur
yang kami miliki, jaga kesabaran kami, jaga ketulusan kami, jaga niat baik
kami, jaga orang-orang terkasih kami, juga jaga senyum kami.”
Menunggu Maghrib, di Desa
Pondok Wuluh, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo. #PKL 2013
Komentar
Posting Komentar