Jadi Orang Masjid Aja





Rumah saya tergolong rumah yang sangaaat beruntung. Why? Jarak rumah saya dengan masjid sangat dekat. Hal ini sangat memudahkan keluarga kami untuk beribadah sewaktu-waktu selain ibadah wajib tentunya. Dan hal ini sangat cocok dengan kebiasaan Ayah saya yang sangat disiplin soal sholat tepat waktu. Setiap kali adzan berkumandang, seluruh anggota keluarga harus wajib bergegas jama’ah ke masjid. Adik-adik saya yang kecil-kecil memang sedikit nggerundel, tapi lama-lama mereka juga terbiasa. Kebetulan, kami penduduk asli sini. Rasanya, kalau tidak jama’ah ke masjid juga tidak pantas. Tapi ini bukan soal kepantaan, ini soal kewajiban dan kemauan untuk mendapatkan yang lebih. Lebih dekat dengan Allah, lebih dekat dengan masyarakat, lebih dekat dengan kedamaian, juga lebih dekat dengan amalan-amalan saleh.

Dari dulu sampai sekarang, Ayah dikenal sebagai sekretaris di masjid ini. Tapi sekarang sudah berganti generasi, giliran yang muda yang bicara. Ayah dipindah menjadi Penanggung jawab ZIS. Nah! Kalau orang masjid udah pasti tahu apa itu ZIS? Zakat, Infaq, Shodaqoh. Memang pekerjaannya lebih ribet, tapi link yang didapatkan juga lebih banyak. Hampir setiap hari ayah baru pulang pukul 02.00 pagi karena ngurus administrasi ini dan itu di masjid. Syukur Alhamdulillah.

Kalau saya, dulu jaman SMA saya rajin bener ngurusin REMAS alias Remaja Masjid. Oia, betewe… masjid dekat rumah saya ini bernama Masjid AL-Ali. Cukup luas dan besar. Kalau daerah kecamatan sih tergolong masjid besar. Hehe. Tapi sekarang udah nggak jadi REMAS lagi, bukan masalah umur sih. Masalah periodisasi aja. Sekarang masjid di pegang sama anak muda-mudi yang ikhwan saja alias cowok. Alhasil, Alhamdulillah juga, kegiatan kerohanian selalu berjalan setiap harinya. Agenda dari senin-minggu selalu penuh dengan kegiatan mengaji dan seni islami seperti pelatihan tilawah sampai hadrah-banjari. Kalau agenda untuk ibu-bapak suka yang mengaji tafsir gitu, ngaji kitab atau dengan ceramah agama yang setiap minggunya mendatangkan ustadz dari berbagai daerah di Surabaya.

Okey, kali ini saya mau cerita. Saya ini tergolong usia muda di jama’ah masjid. Biasanya saya berkumpul dengan ibu-ibu mulu. Saya selalu berangkat sebelum adzan untuk I’tikaf sejenak. Disaat saf masih kosong saya duduk sendiri. Tenang sekali rasanya. Tidak terdengar suara mobil, tidak terdengar suara motor, tidak ada suara anak kecil berlarian, yang terdengar adalah suara dengung tilawah yang enak banget di telinga. Halus, beralun, mengalir, menjalar ke seluruh tubuh. Juga semilir angin yang terasa sepoi-sepoi dari kebun samping masjid.

Akhir-akhir ini, tepatnya di bulan Romadhon, di barisan saf terdepan diisi oleh ibu-ibu yang sebelumnya saya tidak pernah kenal. Saya tidak tahu, apa itu penduduk baru di kampung ini, atau orang kost? Atau mungkin jama’ah baru? Wow! Alhamdulillah kalau begitu saya punya teman baru. Untuk ibu-ibu yang sudah saya kenal hampir semuanya tidak berada di barisan paling depan. Nggak tahu kenapa, setiap kali saya persilahkan maju alasannya ‘sing enom ae Nak, aku wes tuwek.’ Lhah! Apa ngaruh? Bukannya berada di barisan jama’ah paling depan itu bertambah besar pahalanya. Mungkin, itu I’tikad baik mereka agar yang muda-muda ini menjadi rajin ke masjid karena merasa dimuliakan. Dan mereka menjadi sering beribadah karena merasa nyaman dengan lingkungan yang ramah gemulai. Bisa jadi.

Yang ke-dua ada yang aneh dengan satu bulan ini. Setiap kali saya pulang dari masjid, ada yang membalik sandal saya! Siapa ya? Tapi, siapapun itu, siapapun orangnya, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. insyaAllah anda adalah seorang jama’ah perempuan yang baik hati. Karena tempat masuk jama’ah perempuan dan laki-laki terpisah, mungkin itu ibu yang selalu menyalami saya dan sholat disamping saya. Atau siapa? Yang jelas, saya ucapkan terima kasih. Semoga dicatat sebagai amal yang baik oleh Allah SWT.

Jadi orang masjid insyaAllah nggak ada ruginya. Kalau ada event besar, kita juga selalu dilibatkan. Bukankah itu akan menambah pahala kebaikan lagi?

Well, ketika anda menjadi orang masjid bukan sebutan ‘tua’ lantaran bergumul dengan orang-orang tua, justru anda akan sangat dihormati di kalangan mereka dan mereka senang dengan keberadaan anda. Mungkin, anda akan mendapatkan berbagai kenikmatan yang terkadang tiada pernah terkira akan terjadi. Jadi, masih ragu untuk berangkat jama’ah ke masjid?


Komentar

Postingan Populer