Untuk Kamu yang Mencintaiku, Kelak.
Aku tahu, mungkin kita tidak pernah
bertemu. Mungkin juga kita tidak pernah bertatap muka di suatu agenda atau
aktivitas. Mungkin juga kita selalu tidak sengaja berpapasan. Atau... Mungkin
juga kita selalu bertemu. Ini semua masih dalam taraf
probabilitas. Mungkin, namamu masih tersimpan rapi dalam kisah romantis yang akan diberikan-Nya.
Kalau kamu mencintaiku hanya untuk hal
yang berbau senang-senang, maaf sepertinya kamu tidak bisa berharap banyak.
Aku hanya gadis sederhana dengan
sehari-hari penuh aktivitas. Di kampus, mengajar anak-anak, bantu orang tua,
jaga ini-itu, ngurus ini-itu, kerja sana-sini, harus ini-harus itu lagi. Hooh..
Jadi, maaf kalau hidupku penuh
riak-riak kecil yang bertaburan. Tapi aku yakin, riak-riak ini yang membentuk
karakter atau pribadiku menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Menjadi pribadi
yang peduli terhadap sesama maupun orang tak dikenal sekalipun.
Aku punya pandangan yang bebeda
terhadap sekelilingku. Semua pantas dikasihi, disayangi, semua sempurna, karena
semua makhluk Allah yang Maha Sempurna. Jika gadis-gadis lain memilih untuk
menikmati masa mudanya dengan bebas. Maka bisa dibilang, aku sangat
jarang bahkan hampir berbeda kehidupanku dengan mereka.
Jika gadis-gadis lain ditanya ‘apa
tujuan kamu setelah kuliah?’ mereka menjawab ‘kerja dulu, mau nyenengin orang
tua dengan hasil kerjaku.’
Jika itu tujuan kalian
setelah kuliah, maka sedikit berbeda denganku. Aku ingin lebih. Jika hanya dengan materi saja, maka hal itu insya Allah sudah ku lakukan sejak dulu.
Sebenarnya mereka sudah cukup bangga
melihat anak-anaknya sukses. Mereka ingin melihat anaknya lebih bermanfaat
setelah lulus kuliah. Jika kuliah adalah waktu yang tepat untuk menjadi tempaan
atau lecutan mental, maka pembuktian setelah lulus kuliah adalah hal yang sangat nyata.
Hargailah hal-hal kecil, jika kau ingin
menjadi kebanggaan orang tuamu.
Karena tidak ada pemimpin yang tidak
menghargai hal-hal kecil. Termasuk peduli.
Untuk kamu yang mencintaiku, kelak...
Tetaplah saling menggenggam dalam mengarungi riak-riak kecil maupun gelombang besar di kehidupan
kita kelak? Bahkan aku ingin lebih dari itu, aku ingin kita berbagi senyuman,
saat salah satu diantara kita mulai letih dan sedikit tak terjaga. Aku harap,
kita saling meminjamkan bahu lebih dari tempat bersandar namun juga berbagi
peluh. Bahkan kita saling meminjamkan jantung bila perlu, untuk berbagi degup.
Degup yang penuh dengan asma-Nya. Aku yakin, kamu adalah orang yang tepat yang
dikirim Allah untukku. Karena kecocokan jiwa kita dan kita saling mencintai
satu sama lain.
Aku tahu kamu adalah seorang pemimpin.
Meskipun aku belum tahu siapa kamu. Aku berharap kamu membaca tulisan ini.
Entah esok, nanti atau lusa. Ini memang bukan tulisan sistematis atau seperti
karya ilmiah popular pada umumnya. Tapi, aku yakin ini tulus dan tidak dibuat
dengan emosi atau pikiran yang negatif lainnya.
Terbanglah setinggi langit, dan aku
akan menjadi benang terkuat yang akan menerbangkanmu.
Bersinarlah seperti matahari, yang
selalu setia pada bumi. Karena aku bumi itu.
Dan jadilah pemimpin
yang mengibrahim, yang selalu mendahulukan kehendak Allah.
Besarkan Allah, kecilkan selain
Allah.
Ambillah spirit kalimat AllaahuAkbar ketika takbiratul ihram saat mendirikan sholat.
Ambillah spirit dari kalimat Talbiyah
yang diucapkan dengan penuh cinta oleh mereka yang berhaji: Labbaika Allahumma Labbaiik.
Ambillah spirit ritual melempar jumrah
saat berhaji, sebagai lambang sikap yang selalu membesarkan Allah dan
mengecilkan selain Allah (terutama setan). (Meminjam bait Bpk.Anwar Djaelani,
Dosen UMM)
Untuk kamu yang mencintaiku, kelak.
#MalamTakbiran 10
Dzulhijjah 1434 H. 23.35 WIB.
Mungkinkah... Itu satu penggal kata yang selalu berkecamuk dlm diriku, rasanya gak mungkin, akankah diriku yang laki2 yg beruntung itu.. rasanya gak mungkin, kamu sangat baik dan sempurna di mataku... Tpi semua menjadi mungkin jika Allah menghendaki.. Kukan melayang tinggi bagi layang tuk menggapai mimpi dan kuberharap kamu menjadi benang yang kuat agar aq tdk terbawa kencangnya angin...
BalasHapusAllah itu mempunyai sifat wajib yang salah satunya berarti 'Maha Mendengar'.. Saya sebagai penulis hanya memposisikan diri sebagai sosok seorang hamba yang butuh akan kasih sayang Tuhannya. Oleh karena itu, kata 'mungkin' disini saya tautkan semata-mata karena saya tidak tahu dan tidak mencoba mematok hal-hal sempurna untuk sosok yang masih abstrak. Sehingga tulisan dibuat sangat natural, rasa samar-samar dan ketidaktahuan penulis menjadi hal unik untuk dituliskan. Dalam arti tersirat dari tulisan ini, perhatikan paragraf di awal, penulis pun merasa tak pantas dan minder sebenarnya untuk berkata-kata, itu juga tak lepas dari kelemahan penulis sebagai seorang manusia biasa yang punya perasaan sama dengan makhluk lainnya ketika mencoba untuk menyematkan hati.
BalasHapus"Aku hanya gadis sederhana...." Saya rasa kalimat ini merupakan penegasan kuat bahwa penulis menyampaikan dialektika kejujuran yang penuh dengan rasa takut, gelisah juga sedikit harapan.
Sifat cinta yang ambivalen. Manusiawi.
Tidak ada manusia sempurna di dunia ini, bicara kesempurnaan sama hal-nya dengan bicara kemustahilan.
Namun, ketika kita mempunyai keyakinan/iman akan diberikan yang terbaik, Allah pasti akan berikan.
aq setuju dengan kutipan terakhir.. Allah selalu memberikan yang terbaik buat hambanya..
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus