Tuhan, Ijinkan Aku Melukis di Awan




Selepas singgah di kota dingin tak bertepi. Bandung. Tanpa hujan pun kamu tetap terlihat menawan. Tidak seperti Surabaya, butuh hujan untuk membuat kesejukan. Tapi sayang, cinta bermulai dari kota yang selalu merindu hujan, terlalu solid. 
Ku ceritakan semua yang bahagia, agar kau puas tertawa. Ku ceritakan semua yang mengocok perutmu, agar kau melupakan semua penatmu. Ku ceritakan semua yang dapat menarik garis-garis pipimu ke atas, agar parasmu selalu bertambah muda. Ku ceritakan semua yang ada dalam ayat-ayat ini, agar teguhmu tak lagi kaku. Ku ceritakan semua tentang cinta, agar hatimu tenang bahwa Sang Maha Cinta, tak akan pernah melepas cintanya pada kita. 

“Bersandarlah..bersandarlah….padaNya. Jalan selalu Dia berikan, dan kita akan melewatinya bersama.” Kataku menciumi keningmu saat mengantar lelapmu. 

Tuhan, ijinkan aku melukis di awan. Bersama orang teristimewa ini. Membuat garis lurus atau lengkung, atau bahkan polkadot, atau motif bunga, motif bintang, motif arab, motif love, atau motif bahan masakan satu persatu? Seperti jahe, merica, laos, kayu manis, kunyit dan apa? Apa kesukaanmu ibu?


Tuhan, ijinkan semesta memandang lukisan kami berdua disini. Dengan senyum ketulusannya, dengan hati damainya, dengan bijaknya, dengan lembutnya sentuhan-sentuhan cinta kami.

Aku sangat mencintainya.

Lantas setelah kami buatkan lukisan terindah ini untukMu, aku mohon… beri kami waktu lebih lama lagi untuk membuat lukisan-lukisan terindah untukMu.

Aku sanggup bertukar cerita, tak hanya kata, dengannya, wanita yang teramat ku cintai. Wanita yang selalu suka dengan semangat yang ku punyai. Wanita yang selalu suka dengan  masakanku walaupun sering keasinan. Sekarang, tak bisa lagi ku mengajaknya melukis di awan.

“Mama sudah gak bisa lihat apa-apa lagi, Nduk. Gelap.”

Apa hanya karena ini, lantas aku tak bisa mengajaknya melukis di awan?

Ku yakinkan kepadanya, ikutlah aku naik ke awan, dan akan kita temukan tabib pencinta lukisan. Dia, Maha Tahu lukisan-lukisan mana yang terlihat tanpa penglihatan.

Tuhan, aku ingin mengajaknya melukis di awan, selalu.
22:22, 19-11-13

Notes: Tulisan ini dimuat di Koran Jawa Pos For Her, 20 Desember 2013 halaman B20, dalam rangka hari ibu dan menjadi 53 finalis, favorit pembaca seluruh Indonesia. 
 Terima kasih telah Vote.





Komentar

  1. Speachless ......... :')

    BalasHapus
  2. Katanya mungkin gelap, tapi hatinya tetap terang dan.menerangi anak2 yg dicintainya.. Hanya karena mereka lah dia terus bertahan... Selamat jalan mama..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer