Di Penghujung Senja Ramadhan
Tidak sulit untukku menyiapkan makan mereka, membersihkan
debu-debu di jendela, atau sekedar membuat aroma kopi pagi ini semerbak di seluruh
ruangan.
Tidak sulit untukku memasukkan suap demi suap bubur
kepadamu, menyiapkan obat yang akan engkau minum sebelum dan sesudah makan,
mengurut punggungmu pelan-pelan dengan minyak aromatherapy atau sekedar remason.
Tidak sulit untukku
menemanimu, menemani mereka dalam waktu dengan atau tanpa matahari.
Tidak sulit untukku menggenapi rasa yang mengganggu tidurmu atau sedikit membuatmu
pilu.
Tidak sulit untukku menceritakan mimpi-mimpiku, bahwa kelak,
ku pastikan engkau akan menjadi ibu paling beruntung di dunia.
“Mbak.”
Panggilan yang paling akrab di telingaku. Meskipun kadang
hanya terdengar sayu, tanpa suara, hanya bentuk menganga dari mulut Mama.
Tepat satu tahun dari senja Ramadhan yang pergi di tahun
lalu.
Engkau menderap dalam gelap, tanpa harus tahu aku yang
disampingmu kini sedang mengenakan baju warna apa, rok apa dan jilbab apa.
Hanya aroma wangi tubuhku yang membuatmu hafal, kalau “Mbak”
akan selalu ada disampingmu, Mama.
Namun , sulit untukku menggembungkan senyum di penghujung
senja Ramadhan tahun ini.
Sulit untukku menahan sesak di dada, walaupun mungkin
perasaan ini tidak sebanding dengan rasa sakit yang merentakanmu tiba-tiba.
Sulit untukku membuat khayalan tinggi, bahwa engkau akan
hadir pada prosesi wisudaku di bulan yang akan datang.
Sulit untukku, menahan tangis saat kau menceritakan satu per
satu mimpi-mimpimu kepadaku di atas dipan
perbaringamu, kini.
Aku masih merasa, belum sesabar dirimu.
Aku masih merasa, belum setegar dirimu.
Aku masih merasa, belum sebijak dirimu.
Lalu, apa engkau mau menyerah begitu saja mengajarkan aku yang
demikian itu?
Demi nada takbir yang mengalun menggema ini, aku berdoa, aku
bisa sekuat Mama.
Sekuat kalimat “Allahu Akbar” yang menyusup ke setiap liang
pendengaran manusia, merasuk di nadi mereka dan mengalirkan iman yang
senantiasa menyala-nyala.
Demi senja yang menjadi pelepas Ramadhan tahun ini, aku
berdoa, engkau tetap kuat,
Sekuat kalimat “Allahu Akbar” Ialah Tuhan, yang menggenapi
semua seruan alam, Ialah Tuhan yang memiliki hidup, Ialah Tuhan yang tidak
pernah memberikan beban diluar batas kemampuan hambanya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar
Laailahaillallahu Allahu Akbar
Allahu Akbar, Walillahil hamd.
Selamat Idul
Fitri Ma, aku masih ingin senyummu di senja-senja Ramadhan kemudian.
Malam Takbiran, 1 Syawal 1435 H.
Komentar
Posting Komentar