Kusebut Bahagia Saja

Ku sebut bahagia saja

Banyak kata yang ingin aku sampaikan kepadamu, lantas aku menunggu saat dimana aku bisa mengajakmu berbicara walaupun mataku akan tetap melihat ke bawah layaknya orang berburu koin.

Tapi kenapa ketika kamu sudah berada di depanku, di sampingku atau bahkan masih beberapa meter berjalan dibelakangku, ah… sepertinya aku memang harus kursus merangkai kata ke Jamrud.

Aku seperti jam dinding yang hanya menghasilkan bunyi detak tak bernyawa.

Ujung-ujung jemariku seperti digigiti ribuan semut merah

Keringatku muncul butir demi butir

Bibirku terkatup tipis seperti boneka india yang manis.

Semuanya mendingin. Panas uap di atas aspal itu bereaksi jadi beku.

Beku yang mudah sekali mencair dengan kata “hai…….”

Atau meleleh dengan senyuman khasmu dan membawanya ke hilir.

Tuhan, katakan dengan bijaksana

Akan mengalir kemanakah semua ini?

Maka, tetap ku sebut saja ini bahagia.

Untuk seseorang, yang tak lagi bertemu.
Jakarta, 6 Februari 2015.




Komentar

Postingan Populer