Galau, Karakter Kreatif yang Menggemaskan



“Ah, galau!”

“Aku galau karena...”

“Aku galau dengan…”

Pernahkan galau singgah di benakmu? Pernahkah galau menyergap mata kuliah yang kamu anggap paling sulit? Galau, satu kata yang membius ribuan pelajar bahkan mahasiswa. Galau tak semata-mata bius bahasa iklan. Galau menjadi buah bibir canda. Galau meninabobokkan telinga. Galau begitu komunikatif.

Galau berarti kacau, gelisah tidak karuan, resah pikiran, resah hati. Terjemahan bebasnya seperti itu. Galaukah kamu hari ini?

Di tangan pelajar yang suka mengutak-atik kata, galau menjadi umpan. Galau menjadi atraktif dan menggemaskan. Jika galau diolah, galau dapat menumbuhkan inspirasi. Galau menjelma menjadi suatu kata yang lembut sekaligus galak. Karena galau diapresiasikan ke dalam bentuk rupa karya.

Nah! Kini galau menjadi modal. Penulis, sastrawan, motivator, orator bahkan facebooker bisa bergalau. Ya, mereka bisa bergalau ria. Lalu bagaimana denganmu? Segeralah asah penamu berkat galau itu. Yakinilah bahwa orang hebat yang sudah menghasilkan ribuan karya itu pun sering berangkat dari galau.

Prof. Dr. Budi Darma (kritikus sastra, sastrawan) pernah menuliskan olahan galau ini dalam sentilan cerdas dengan gaya lain,  yaitu tentang negative capability. Arti bebasnya adalah semacam jaringan kecakapan plus yang dimiliki setiap orang. Jaringan itu selalu menggoda dan menggelitiki pikiran. Akibat godaan dan gelitikan, pikiran menjadi terbujuk, merayu, mengawan, menerawang jauh, jauh nirbatas.

Ini menandakan mood sudah terperangkap. Tunggu apa lagi, segeralah tangkap, goreskan dan tuangkan menjadi sebuah karya. Inilah jejak-jejak kreatif mulai tumbuh menjadi tunas yang mengawali bakat, jadi jangan heran kalau nama-nama pengarang top seperti Andrea Hirata dengan Laskar Pelangi, Ahmad Fuadi dengan seri Negeri 5 Menara, Kang Abik dengan spiritualitas mentor atau bahkan pengarang-pengarang cilik yang berjuang demi karya (termasuk adik ane yang nomer 3. Hehe) sering terpaku dengan galau.

Segalanya perlu proses. Galau di bahasa memang perlu sarana dan media untuk belajar dan belajar, berlatih dan berlatih, praktik dan praktik. Caranya, belajar secara cerdas (banyak baca), cermat dan smart berdasarkan empat pilar keterampilan berbahasa dan bersastra secara menyeluruh dan paripurna. Jadi, sempurnalah galaumu, holistik!

Komentar

Postingan Populer