Sudut hati yang terdalam


aku tak bisa menyusun kata pentutup yang indah
untuk mengakhiri percakapan ini
hanya bisa ku tatap matamu sampai embun
bahkan bintang-bintang telah bergugur
tetapi aku enggan tidur
karena engkau dan aku selalu bersanding
berbagi cerita
berbagi puisi
berbagi mimpi
menciptakan pagi
(anonim)

Masih tidak percaya Surabaya terlihat begitu indah kala ini. Dua tahu  lalu, Surabaya mengisahkan kepenatan yang membuncah hingga aku ingin pergi saja. Tapi aku bertahan, berusaha menikmatinya jengkal demi jengkal.

Demikian pula saat aku berada di jengkal ini. Saat telinga punya cara sederhana untuk memahami. Saat mata punya cara sederhana untuk mendalami. Saat tangan punya cara sederhana untuk menyampaikan. Saat hati punya cara sederhana untuk tetap bercokol di sudut yang terdalam.

Sementara waktu ingin rehat sejenak, melenakan diri di sepanjang liburan semester. Saat aku diam saja, aku serasa bertambah gila. 

Kita diciptakan untuk saling melengkapi. Kamu sangat mahir di bidang-bidang yang tertuang secara universal. Kamu mahir berbicara, memimpin, yang selalu berkembang. Sementara aku adalah si spesifik, banyak persoalan yang jarang kamu mampu mengerti dan pahami. Seperti masalah keseharianmu, kelengkapanmu, kerapianmu, juga kesehatanmu. Aku sangat memahaminya.

Sekalipun terbesit bahwa kau dan aku berbeda pada hal-hal tertentu. Aku merunduk, aku berkata, "kau akan tetap perlu aku, begitupun aku, selalu perlu kamu."

Sekalipun terbesit bahwa kau dan aku sama. Aku berdoa, "mudah-mudahan ini karena hati kita yang selalu tidak bisa jauh."

*Interpretasi catatan hati seorang kawan.




Komentar

Postingan Populer