Martabak


Sebenernya judul dari tulisan ini saya buat waktu dulu SMA kelas 2 saat ngisi kolom “Redaktur Bicara” di majalah SLA. Ingin sekali share ke temen-temen kuliah tapi ketika saya cari folder itu sudah hilang dari flashdisk saya, yasudah nulis seinget saya saja ya... (Dengan perubahan isi)

Ada yang tidak tahu martabak itu apa? wah kebangetan deh kalo ngga tahu. Martabak adalah makanan yang terbuat dari adonan tepung terigu (untuk lapisan luar) dan adonan telur, daging giling (cincang), dan rempah (untuk bagian isi) yang kemudian digoreng dan sangat enak. Enak banget. Dari adonan kulitnya, isi martabak sendiri semua mengandung yang namanya telur. Nah, pasti pada membayangkan ya rasa nikmat dan gurih dari martabak itu sendiri? Nyummy sekali. 

Dari sabang sampai merauke nih ngga ada orang yang ngga suka sama yang namanya martabak. Bahkan kucing saya saja demen sama makanan yang satu ini. Dimana-mana ada yang namanya martabak, kalo di Jakarta ada yang namanya martabak manis. Padahal kalo orang jawa bilang lebih tepatnya orang Surabaya martabak manis itu nama lain dari Terang Bulan. Bener ngga? Hehe. Tulisan ini terlepas dari suka tidaknya si penulis dengan yang namanya martabak lho, tenang aja.

Karena rasa, tekstur, bentuk, harga dari martabak itulah yang membuat semua orang pada suka makan martabak. Apalagi kalo makan martabak ditambah lagi ada acar dan lombok sebagai pelengkap. Welehh, sumpah enak! 

Logikanya kalo kita ingin disukai oleh banyak orang ya jadilah serupa martabak yang enak, murah tapi ngga murahan. Mengenyangkan, bergizi cukup. Memang ngga segampang itu, menjadi serupa martabak. Sebelumnya, kita sebagai manusia harus lebih dulu mengetahui untuk apa sih kita hidup? Kita hidup, untuk apa?

Pertanyaan itu pernah ngga sih temen2 pikirkan atau seenggaknya pernah lah muncul sekelebat di lintas pemikiran kalian. Sudah sangat jelas termaktub di dalam Al-Qur’an dalam Firman Allah, yaitu “Tidak Ku Ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”. Ayat tersebut terdapat pada Qur’an Surat Adz-Zariat ayat ke 56. Jadi Allah menerangkan pada surat itu bahwa tujuan kita hidup tidak lain  adalah untuk menjadi seorang hamba. Apa tugas seorang hamba? Yaitu mengabdi kepada Tuhannya.

Wah, wah gimana sih mbak penulis ini sehabis ngomong martabak yang enak dan bikin ngiler itu kok tiba tiba jadi ngomongin Al- Quran segala. Hehe, tenang guys...karena semua kehidupan itu sudah diatur didalam Al-Qur’an dan kita punya kewajiban mengikutinya dengan baik. Jadi ketika seseorang itu mengetahui untuk apa ia diciptakan, dia pasti mencapai tujuan hidupnya.

Manusia adalah ciptahan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaannya tergambar pada cerdas pemikirannya, kesempurnaannya tergambar pada indah lakunya, kesempurnaannya tergambar pada baik keberadaannya dimata manusia yang lain. Maka untuk menjadi sempurna manusia harus bisa menjadi hamba Allah yang baik. Dimana sebaik baik dari manusia adalah ia yang bermanfaat bagi sesamanya. 

Terkadang tanpa kita sadari kita sering menyombongkan diri terhadap apa yang sudah kita dapat raih hingga detik ini. Tapi tahukah ketika kita sombong maka kita akan menjadi manusia yang tidak ada apa-apanya. Bumi ini saja sudah sekecil satu pasir jika nampak dari angkasa, nah kita manusia hanya bagian dari satu yang ada didalamnya. Mungkin kita tidak nampak lagi, bahkan hilang sudah tidak dapat terlihat. Lalu apa yang patut kita sombongkan? Lalu masihkah kita malas untuk berfikir dan merenung untuk apa sih kita diciptakan? Untuk apa sih kita hidup di dunia ini kalo tidak bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan... untuk apa?


Keacuhan akan malah membawa hidup kita pada kesengsaraan, ketidakpedulian malah akan membuat orang lain turut tidak peduli kepada kita. Kita mahasiswa, kaum yang dipandang elit oleh masyarakat, golongan yang dilihat sebagai orang pintar, lingkungan yang identik dengan idealismenya. Tapi terkadang mahasiswa sendiri tidak tahu untuk apa sih 

Kita teriak Hidup Mahasiswa! Hidup Mahasiswa!... tapi ketika ada seorang teman yang belum bisa membayar biaya semesteran, ngga punya buku, kita acuh seolah ngga kenal gitu aja. “Lhaaa... ya salah sendiri kamu ngga bisa bayar, ya itu derita lo!” Uwh... itu ya mahasiswa, katanya Hidup mahasiswa kok ada temannya susah dibiarkan, kok ada temannya butuh bantuan seakan pura-pura ngga kenal? 

Lagi. Mereka teriak Hidup Rakyat Indonesia! Hidup Rakyat Indonesia! tapi ketika ada perang dibagian Indonesi Timur, mereka bilang, “ah.. itu kan perangnya di bagian sana.. jauh men sama daerah gue, selama daerah gue ngga terjadi perang so ya kita fine-fine aja” . Ketika ada pemimpin Indonesia yang melakukan tindakan yang kurang benar. Kita acuh, kita don’t care!... “ah itukan urusan orang atas, kita mah orang bawah.... ngga perlu mengurusi yang begituan.” 

Helloooo.... kita mahasiswa yang biasa teriak teriak Hidup Rakyat Indonesia itu loh, kita yang akan menggantikan posisi mereka nantinya mengemban amanat rakyat. Lalu rakyat menaruh harapan pada siapa lagi, kalo pemimpinnya sudah pada kurang benar, sementara mahasiswa yang mereka anggap sebagai kaum elite bilang begitu juga? Rakyat menangis. 
      
Jangan-jangan ada yang salah dengan teriakan jargon tersebut, eh tapi apa yang salah yang meneriakkannya ya? Itu yang perlu kalian renungkan. Banyak cara untuk menjadi serupa martabak, banyak cara untuk menjadi manusia yang bermanfaat, banyak cara untuk menjadi orang yang bisa membuat orang lain tersenyum akan kehadiran kita. 

Begitu banyak cara dan begitu banyak hal yang bisa kita lakukan selama kita menyadari dan tahu untuk apa kita sebagai manusia diciptakan oleh Tuhan kita. Orang yang benar benar berjuang tidak akan sibuk berfikir hanya untuk dirinya sendiri, orang yang benar benar mengabdi tidak akan sibuk memikirkan pencitraan. Tapi orang yang sadar dan  tahu untuk apa ia diciptakan, maka ia akan berfikir bagaimana hidupnya bisa mermanfaat untuk sesama.  




Komentar

Postingan Populer