Tetralogi Kultur Kebijakan Publik


Berbicara tentang kebijakan publik mungkin dari namanya saja terdengar seram. Semacam kegiatan serius yang dilakukan untuk membuat kebijakan kebijakan demi perbaikan dan kebajikan publik. Menurut kajian filosofis, kebijakan publik adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat di mana dalam penyusunannya melalui berbagai tahapan. Tahapan yang dimaksudkan tentu tidak satu dua langkah tapi berbagai langkah dan metode.

Mulai dari proses analisis masalah, membuat formulasi kebijakan, menggodok ulang hasil kebijakan tersebut sampai yang namanya evaluasi kebijakan. Kebijakan tersebut dibuat tidak serta merta hanya sebagai bentuk opini para pembuat kebijakan semata tetapi kebijakan yang dihasilkan adalah proses panjang yang dilakukan melewati beberapa kajian kajian tertentu. Penulis mengakui bahwa menjadi staff departemen kebijkan publik tidaklah mudah. Apalagi berbagai tekanan baik internal maupun eksternal terus ada bagi para pembuat kebijakan. 

Penulis berpikir terkadang yang dinilai dari kinerja pemerintah itu kebanyakan dalam hal buruknya saja. Walaupun mungkin pemerintah juga sudah membuat kebijakan yang dirasa itu untuk sebuah perbaikan bagi masyarakat. Masyarakat terus menuntut ada kebijakan kebijakan baru yang ditunggu untuk pemecahan sebuah masalah tapi disaat pemerintah ingin share dan memberitahukan kebijakan tersebut animo masyarakat sendiri sangat minim untuk datang hadir dan mengetahui kebijkaan yang telah dibuat. Tapi itulah realita, tuntutan selalu menjadi hal yang sangat digembor-gemborkan tanpa balik bertanya kepada diri sendiri akan keadaan yang sebenarnya terjadi.

Ada tulisan bagus yang pernah penulis baca dalam sebuah wacana yang dibuat oleh salah seorang teman. Dalam tulisan tersebut menyebutkan bahwa kultur ilmiah tersebut terdiri dari Membaca-Diskusi-Menulis. Tentu opini yang sangat bagus menurut penulis, dan kultur ilmiah tersebut haruslah dimiliki oleh para pembuat kebijakan.

Apalagi seorang pembuat kebijakan dituntut harus memiliki kemampuan pengetahuan yang mumpuni di bidang hukum dan politik. Itulah sebabnya mengapa seorang pembuat kebijakan harus banyak banyak membaca dan mempunyai sense of politics. Pengetahuan tersebut tidak hanya berhenti sampai disini kultur kedua dalm tulisan tersebut menyebutkan kata diskusi. Dimana kegiatan berdiskusi akan hidup jika para pembuat kebijkan sudah mempunyai bekal pengetahuan yang cukup terhadap suatu masalah apapun dan sifat kritis yang juga dibutuhkan dalam diskusi. Lalu kritis yang bagaimana? Kritis yang tetap sopan dalam mengeluarkan pendapat juga mengedepankan kepentingan umum bukan hanya sekedar kepentingan kelompok atau golongan dalam berdiskusi. Diharapkan dari hasil diskusi tersebut merupakan langkah awal dalam menemukan suatu kebijakan baru yang nantinya akan diproses selanjutnya dalam bentuk kajian.

Setelah berdiskusi kultur ilmiah yang ketiga adalah menulis. Menulis jika dicocokkan dengan seorang pembuat kebijakan tentu sangat identik dengan yang namanya menulis kajian. Dimana kajian adalah sebuah hasil dari diskusi yang sudah dilakukan dengan pilihan kebijakan kebijakan yang sudah sempat diusulkan dalam sebuah diskusi. Kajian tersebut berupa paparan paparan khusus mengenai historik masalah, kajian empiris dan selanjutnya adalah kajian futuristik yang berisi tentang solusi dan berbagai probabilitas yang akan terjadi dari solusi tersebut. Itulah kajian, terkadang membuat kajian memang sangat sulit tetapi apalah artinya rasa sulit jika dapat menghasilkan kebijakan yang membuahkan kebajikan.

Penulis rasa dari kultur ilmiah yang sudah penulis paparkan, ada yang kurang jika kultur tersebut diterapkan pada pembuat kebijakan. Yaitu sense of humor. Dimana humor yang dimaksudkan penulis adalah suatu cara yang dilakukan juga demi terciptanya kebijakan kebijkan yang murni dan bersifat objektif. Humor juga efektif mendorong pemikiran menjadi positif. Jika berfikir dalam keadaan hati senang maka pikiran yang dihasilkan juga akan berdampak pada kebijakan yang dihasilkan. Dengan begitu akan lebih menemukan alternatif-alternatif baru yang belum pernah terbayangkan sekalipun. Sehingga denga humor orang bisa berpikir lebih kreatif dari biasanya. Tidak hanya itu humor terbukti cukup signifikan dalam aktivitas kita sebagai makhluk sosial.

Oleh karena itu tetralogi kultur kebijakan publik mulai membaca, diskusi, menulis dan sense of humor harus tetap ditumbuhkan dalam diri para pembuat kebijakan. Jadi sesekali ciptakanlah humor dengan batasan tertentu dan asal jangan kebablasan. Tertawalah karena tertawa itu sehat dapat melepas pikiran penat dan jiwa raga yang menghambat. Ciptakan terus ide ide kreatif dari jiwa murni kita dan  siap berkarya demi bangsa dan Negara tercinta.

Komentar

Postingan Populer