cadhwell-luc #part 1

"Sinusitis Maxillaris Dextra."

Ya, hasil foto rontgen berkata seperti itu.
Rongga pipi bagian kanan tepatnya. Berisi cairan nanah dan harus di lakukan pembedahan cadhwell luc untuk mengobatinya. Tidak ada cara lagi, itu kata dokter tadi siang. Kalo tidak segera di obati akan merembet ke mata atau rahang bawah bagian gigi. kalo merembetnya ke dalam bisa bahaya, bisa masuk ke sinus yang lain dan bisa menyerang selaput otak. Lazimnya nanti terkena meningitis atau radang selaput otak.

"Gimana? operasi ya?" pinta dokter itu dengan menatap sepasang bola mata yang terus memandanginya kala bicara.

"Apa tidak ada cara lain selain operasi? minum obat mungkin?" Timpal saya.

"Enggak. jalan satu-satunya harus operasi lalu baru diberi terapi obat."

"Dibius kan dok?"

"Iya, dibius kok. lokal." Pinta dokter sambil terus meyakinkan saya yang duduk terpaku di depannya.

"Saya takut dok. ah..."

"Banyak orang yang mundur gak jadi operasi cuma gara-gara biaya lho. Ini kamu sudah gratis masih gak mau di operasi cuma gara-gara tidak berani. Bulatkan tekadmu pasrahkan semua pada Tuhan, kamu harus kuat!" Kata dokter itu tegas.

Saya hanya menelan ludah, masih mencoba memahami satu persatu dari kalimat dokter yang cukup menghentakkan tekad saya.


"Pulanglah! Jika memang tidak berani. pikirkan baik-baik perkataan saya, lalu kembalilah dengan keputusanmu."

"Oke, saya berani operasi dok."

"Besok ya?"

"Haah??? Besok saya belum siap dok, sebulan lagi mungkin? Setelah saya UTS." Tawar saya.

"Wah kelamaan.... Bahaya sinus mu. Kepala mu bisa tambah parah nanti sakitnya. Jadwal saya bisa besok atau sabtu. pilih mana?"

"Sabtu dok... " Dengan tatapan pasrah mengimbangi tatapan dokter kepada saya.
(padahal hari seninnya saya menjalani UTS semester 4 di aula fakultas, kalo rabu... jujur saya masih belum "tatak!") :(

"Gitu dong, oke sabtu datang jam setengah sembilan pagi. Jangan lupa makan yang banyak biar tidak pingsan waktu di operasi." :)


"Baik dok... terimakasih." Saya mengangguk dan tetap melihat ke arah dokter yang begitu ramah ini.


Saat meninggalkan ruang poli itu masih seperti memunguti puing-puing mental saya yang mungkin sudah jatuh terceceran di ruangan dokter spesialis THT. Rasa sakit di kepala yang teramat sangat, dan tidak pernah dihiraukan sebelumnya tidak menyangka akan jadi seperti ini. Empat bulan yang lalu saya menemani ayah berbaring sakit di Rumah sakit. Kala itu juga tepat waktu UAS semester tiga. Saat ini saya harus menghadapi yang namanya operasi lagi. Meskipun operasi kecil, ingatan lima tahun lalu tentang operasi besar yang juga pernah saya alami seperti tampak lagi di permukaan bayangan. Masih trauma. Padahal kalau dulu bius total, bangun dan keluar dari tempat operasi penyakitnya sudah diambil oleh dokter. Mungkin kali ini saya akan menjalani operasi dengan mata tertutup meskipun dibius lokal. Saya harus jalani, meski melihat referensi pembedahan cadhwell luc di internet cukup begitu mengerikan. Ini rencana Allah, dan saya yakin ini semua untuk kebaikan saya. InsyaAllah.
Semoga kekuatan tetap menyemat di dada, menjemput hari sabtu untuk proses pembedahan cadhwell luc.

Semoga Allah menggantinya dengan meluruhkan dosa-dosa kita yang telah lalu atas kesabaran dalam menghadapi ujian-Nya, Amiin.





Komentar

Postingan Populer