Canduku itu kamu





Mungkin kita sering merasakan firasat yang sama.

Ketika kamu berada jauh, ketika kamu ingin membuka mulutmu dan menyebut namaku. Dan ketika kamu ingin berjalan sepelan ini, aku tahu.

Aku mengerti.

Sebelum mata kita bertemu pada satu titik. Aku diam sejenak, memikirkanmu lalu ku putuskan untuk melihatmu. Dan saat itu pula kamu menoleh, menatapku kemudian menarik pandanganmu cepat.

Fase yang sering kali terjadi. Aku bingung sendiri, kamu juga. Beberapa menit kemudian kita mengulanginya.

Meski berada pada jarak belasan meter, meski berada pada jarak puluhan kaki juga berada pada jarak kamar dan kamar. Hey, aku juga melihatmu, dari sini. Tenang saja.

Kita tersenyum, lantas malu-malu, alibi.

Kita terlihat sangat aneh, mungkin berada pada lini kegilaan masing-masing pun orang lain yang tahu.

Jika aku tidak melakukan hal ini, rasanya tersiksa sekali. Seperti terkait di palung tenggorokanku yang selalu tak bisa terucap keluar. Seperti terkungkung dalam kamar gelap yang sangat pengap.

Lalu, ini apa? 
Candu?

Canduku itu kamu. Kamu yang diam-diam menelesikkan senyuman saat beranjak pergi. 

(Canduku itu kamu: request seorang teman)



Komentar

Postingan Populer