Cerita dalam Seksama

Ayat-ayat suci Al-Qur’an ini melantun dengan sempurna dari balik suara telepon hitam yang berukuran tidak besar. Suara pembacanya indah, mungkin tidak hanya aku yang merasa tenang, angin malam berputar ke seluruh penjuru arsy, mengantarkan ayat demi ayat, menyibakkan keajaiban demi keajaiban, memercikkan arti demi arti. Seluruhnya, ya seluruh isi bumi bergeming. 

Aliran darahku terhanyut, bersama malam, aliran air mataku bermuara, dalam peraduan suci pada sang pencipta. Aliran tubuhku mengendap, berada pada titik terbawah. Mengguncangkah ruh dalam-dalam, mungkin bukan hanya ruh-ku, ruh-mu juga.

Karena kita satu ikatan iman bukan?

Lantas apa yang mesti digundahgulanakan?

Sedangkan kita tahu, Dia sudah menjelaskan secara gamblang bahwa hidup ini miliknya. Setiap detik, pada tanda-tanda orang yang beriman akan selalu merasa takjub pada keajaiban.

Tidak ada yang tidak mungkin,

Mintalah kepadanya.

Apa kamu ingin yang berat menjadi ringan?

Apa kamu ingin yang jauh menjadi dekat?

Apa kamu ingin yang bawah menjadi atas?

Apa kamu ingin yang lemah menjadi kuat?

Apa kamu ingin yang samar menjadi jelas?

Apa kamu ingin yang sulit jadi mudah?

Apa? Kamu  ingin apa?

Apa gunung-gunung yang menjulang sangat tinggi itu sudah kamu rasa menyentuh kaki langit?

Apa samudera yang membentang itu sudah kamu rasa tak berbatas?

Apa dasar jurang itu sudah kamu rasa bagian perut bumi yang teramat dalam?

Tuhan, Engkau Maha Besar.

Dan aku, disini sangat kecil. Maka sesuatu apa yang tidak mungkin?

Aku menangis. Ketika aku meragukan kebesaranmu. Padahal disini, aku teramat kecil.

Ya, aku teramat kecil.

Tuhan, rengkuh aku. Aku tidak ingin jauh-jauh Dari-Mu.

Waiting something, Surabaya, 28 Mei 2014.

[Playlist Favorit: Ar-Rahman, Al-Waqi’ah dan Al-Mulk]