Merindu Hujan




Kadang-kadang kita merindukan hujan disaat matahari benar-benar sendu menggelayut menemani kita dalam kesibukan. Kita diajarkan banyak hal dalam cara berdo’a. Yang paling saya yakini, jika kita dalam keterpurukan yang teramat dalam, maka mintalah diberikan kekuatan dari-Nya. 

“Jangan pernah menjual kesedihan dan tangismu untuk masa depan, karena masa depan adalah rancangan, kehidupan adalah sekarang, hadapi!”

Itu sepenggal prolog dalam buku Air Mata Terakhir Bunda karangan “Mbak Key”, kata-katanya bak pedang yang menghunus kalbu. Manusia memang diberikan kenikmatan oleh Tuhan berupa air mata, manusia bisa menangis dikala perasaannya berkecamuk, hatinya gelisah atau sedang dalam kondisi yang lemah. 
 
Tapi hal itu tidak berlaku bagi seorang perancang!

Saya meletakkan kepala yang teramat sangat terasa berat ke lengan kiri saya yang sedang terlipat di atas meja belajar. Bagaimana kita bisa mendambakan hujan, kalau tidak tanpa pinta dan harap kepada Sang Maha Kuasa… saya menangis,

“Berat ya Allah, berat…”

Sepenggal kalimat keluar diantara isak tangis yang terus menderu. Lantas lengan baju saya yang berbahan kaos ini mulai membasah, berkali-kali saya usap, namun berkali-kali keluar.

Tuhan, aku tidak sedang menjual masa depanku dengan semua ini.





Komentar

Postingan Populer